Opini publik atau pendapat umum adalah pendapat kelompok masyarakat atau sintesis dari pendapat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memiliki kaitan kepentingan. Agregat dari sikap dan kepercayaan ini biasanya dianut oleh populasi orang dewasa.[1]
Pemilihan opini publik didasarkan kepada jumlah mayoritas yang efektif, dan bukan pada jumlah mayoritas secara keseluruhan. Opini publik menggunakan subjek berupa permasalahan baru yang mengandung pernyataan yang bersifat kontroversial. Sifat dari pernyataannya adalah memiliki suatu hal yang bertentangan, dan menjadi reaksi pertama atau sebuah gagasan baru.[2]
Pendekatan prinsip terhadap kajian opini publik dapat dibagi menjadi 4 kategori:
Menurut Dan Nimmo, opini personal terdiri atas kegiatan verbal dan non verbal yang menyajikan citra dan interpretasi individual tentang objek tertentu, biasanya dalam bentuk isu yang diperdebatkan orang.[5]
Pernyataan dari suatu ppini dapat dilakukan secara aktif maupun secara pasif. Selain itu, opini juga dapat diungkapkan melalui perkataan yang jelas maupun kiasan, serta dapat memiliki konotasi maupun persepsi pribadi.[6] Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tak terbilang jumlahnya, melalui referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan.[7]
Opini publik itu identik dengan pengertian kebebasan, keterbukaan dalam mengungkapkan ide-ide, pendapat, keinginan, keluhan, kritik yang membangun, dan kebebasan di dalam penulisan.[8] Dengan kata lain, opini publik itu merupakan efek dari kebebasan dalam mengungkapkan ide-ide dan pendapat.[9]
Tahun 1965 sewaktu pembrontakan GESTAPU/PKI ada pertentangan antara PKI dan pendukung Pancasila yang kemudian menjadi Orde Baru. Pertentangan terjadi setelah mendengar bahwa ada pembunuhan terhadap para Jendral oleh PKI.[butuh rujukan] Pembrontakan PKI (GESTAPU/PKI) berlangsung di mana-mana, akan tetapi langsung dapat ditumpas.[butuh rujukan] Hal tersebut juga kita dengar dari surat kabar, radio, televisi dan film, rapat-rapat, pidato-pidato, di forum ceramah dan di mana saja.[butuh rujukan] Gejala tersebut disebut public opinion atau opini publik.[10]
Untuk memahami opini seseorang dan publik tidaklah mudah. Menurut R.P. Abelson, hal ini berkaitan dengan:
Konon media pers saat ini pun telah bermetamorfosis menjadi satu kekuatan besar. Sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan dalam sebuah negara yang menganut Sistem Demokrasi. Kekuasaan dalam membentuk dan mempengaruhi opini publik membuat pers kini berdampingan dengan kekuasaan lain yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.[Opini Publik versus Kepemimpinan] Diarsipkan 2017-03-21 di Wayback Machine.