Industri | Otomotif |
---|---|
Didirikan | 2007 |
Kantor pusat | , Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Eddy Wirajaya (presiden) |
Produk | Mobil, onderdil |
Situs web | esemkaindonesia |
PT Solo Manufaktur Kreasi, juga dikenal sebagai Esemka, adalah perusahaan otomotif Indonesia yang berbasis di Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Merek "Esemka" dinamakan sebagai singkatan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengenali upaya siswa dalam mengembangkan merek mobil asli.[1] Meski awalnya media lokal biasa menyebutnya sebagai merek mobil nasional Indonesia, perusahaan tersebut menggambarkan Esemka hanya sebagai "kendaraan yang dibuat Indonesia". Sejak 2013 rata-rata 10 unit SUV dan mini truck telah diproduksi per bulan oleh perusahaan.
Perusahaan memulai produksi berbagai model mobil dan minivan di pabrik pembuatannya di Desa Demangan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah sejak 2016. Pabrik ini resmi diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo pada 6 September 2019.[2] Pada saat diresmikan, pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 12.000 kendaraan per tahun. Esemka menggunakan komponen buatan lokal dari perusahaan seperti INKA dan Pertamina.[3][4]
Perjalanan Esemka melibatkan sejumlah sekolah menengah kejuruan. Esemka merupakan mobil Esemka pertama yang dirakit pada tahun 2011 oleh sekolah menengah kejuruan negeri di Jawa Tengah. Mobil tersebut mendapat publisitas luas ketika Joko Widodo mulai digunakan sebagai kendaraan dinas sebagai Walikota Solo pada masa itu.[5] Untuk desain model dan riset pasar, Esemka berkerja sama dengan produsen mobil dari Tiongkok bernama Chery Automobile Co. dan Guandong Foday Automobile Co. untuk mengembangkan produksi mobil-mobil Esemka dalam skala besar.[6][7]
Artikel utama: Esemka Bima |
Pada tanggal 6 September 2019, secara resmi Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo meresmikan Esemka Bima dan pabrik PT. Solo Manufaktur Kreasi di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Esemka Bima 1.2 dan 1.3 merupakan mobil pickup niaga produksi masal Esemka Bima 1.2 dan Esemka Bima 1.3 , namun di produksi sendiri oleh Esemka untuk pasar domestik Indonesia di pabrik perakitannya di Boyolali, Jawa Tengah.
Esemka Bima 1.2 & 1.3 di klaim memiliki kandungan lokal sebesar 60%,[14] kandungan lokal tersebut berasal dari rekanan pemasok komponen Esemka seperti PT INKA (rangka, tangki bensin dan bak), PT Cikarang Perkasa Manufacturing (blok mesin dan blok transmisi), Pertamina (pelumas), ABC Bawen Karoseri (jok dan bak), Catur Karya Manunggal (knalpot), PT Usra Tampi (dashboard dan kemudi), PT Samudera Luas Paramacitra (shockbreaker dan per daun) dan lain sebagainya.[15][16] Sedangkan untuk ECU, ring piston, katup, speedometer, injektor dan beberapa part lain masih di impor.
Esemka Rajawali merupakan model SUV bermesin Esemka 1.5i, 1.500 cc multi point injection 4 silinder yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 103 tenaga kuda pada putaran 5.500 rpm dengan torsi puncak hingga 145 Nm di 4.100 rpm.[17] Rajawali mampu menampung 7 orang karena mempunyai panjang 5.035 mm, lebar 1.690 mm, dan tinggi 1.630 mm. Rajawali juga telah dibekali sederet fitur elektronik mirip SUV premium lainnya, misalnya central lock, power window, AC dual zone, sensor parkir, hingga head unit CD player. Rajawali dirakit oleh SMK Negeri 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta. Mobil Esemka Rajawali menjadi terkenal setelah Joko Widodo, mantan wali kota Solo memakainya sebagai mobil dinasnya. Esemka Rajawali akan diuji emisi sebelum siap diproduksi massal.
Esemka Rajawali (R2) adalah varian dan pengembangan dari tipe Esemka Rajawali I (Alpha), dengan kekuatan mesin 1600cc dan berpenumpang 5 orang. Pengembangan Esemka Rajawali R2 ini bertitik tumpu pada mesin dengan yang lebih besar dari sebelumnya. Tetap mengacu pada tipe SUV dan mengedepankan fitur keamanan. Esemka Rajawali R2 dilengkapi dengan ABS (Anti Lock Brake System), BA (Brake assist), EBD (Electronic brakeforce distribution), dan SRS Air Bag.
Esemka Digdaya merupakan model pikap kabin ganda yang dirakit oleh SMK 1 Singosari. Kendaraan ini berjenis MPV dan dipamerkan dalam Pameran Produk Indonesia 2009 Di Kemayoran Jakarta. Tenaga penggerak menggunakan mesin eks Timor 1.500 cc. Mobil Esemka Digdaya dirancang multifungsi, baik untuk kenyamanan berkendara maupun niaga. Kuat menampung hingga lima orang dan kabin belakangnya bisa mengangkut sepeda atau barang belanjaan. Digdaya dan Rajawali mempunyai spesifikasi mesin dan bodi yang sama. Mobil Digdaya ini dibanderol dengan harga di bawah Rp150 juta. Pilihan-pilihan untuk Rajawali dan Digdaya tersebut antara lain mesin bensin berkapasitas 1.800 cc, 2.000 cc, dan 2.200 cc. Sedangkan untuk yang berbahan bakar diesel sudah disiapkan 2.500 cc.
Dalam perkembangannya, Esemka Digdaya dikembangkan oleh beberapa SMK diseluruh pelosok tanah air, dan telah dilahirkan Esemka Digdaya II bermesin Esemka 1.5i dari SOLO Jawa Tengah.
Esemka Bima Pick Up 1.5i merupakan model van yang dirakit oleh SMK Negeri 6 Malang.
Esemka Bima 1.1 adalah prototipe pick up dengan kapasitas mesin 1083 cc bertenaga 74 hp @6000rpm dan torsi 93 N.m @3500-4500rpm yang berkapasitas penumpang 2 orang, serta dilengkapi dengan AC dan power steering. Mobil ini berbasis dari pick up Chery Q22B/Karry Youjin,[18] yang juga pernah di jual di Indonesia dengan nama Chery TransCab 1.1.[19] Dari hasil uji coba, Bima 1.1 mampu menempuh 20 km dengan konsumsi 1 liter bahan bakar bensin. Mobil ini menggunakan bak model tree way.
Prototype Esemka Bima 1.1 produksi tahun 2013 di uji coba selama 6 tahun oleh Dwi Budhi Martono, guru otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta dan sekaligus konsultan otomotif Esemka. Selama uji coba tersebut, Esemka Bima 1.1 telah menempuh jarak sekitar 300.000 kilometer. Beberapa test yang di lakukan antara lain seperti uji coba perjalanan jauh ke Serang, Banten dan Banyuwangi, Jawa Timur, serta uji coba mengangkut beban pupuk seberat 1 ton dari Tawangmangu, Karanganyar sampai ke Cepogo, Boyolali, walaupun kapasitas angkut maksimal yang di anjurkan adalah 750 kilogram.[20]
Esemka Bima 1.3 adalah varian pengembangan dari Esemka Bima Versi sebelum nya
Esemka Hatchback merupakan model mobil kota dengan mesin 1.5i multi injection.
Esemka Surya merupakan mobil Esemka yang dirakit oleh SMK Muhammadiyah 2 Borobudur bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beberapa model yang dibangun antara lain mobil ambulans, mobil box roti, Sang Surya Esemka Rajawali, Sang Surya Esemka Double Cabin dan Sang Surya Mini Truk. Mobil ambulans yang diluncurkan telah memiliki kelengkapan surat izin resmi dan telah laik jalan. Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Suyitno mengklaim bahwa Esemka Surya Mini Truk mengandung 90% komponen lokal.
Esemka Zhangaro merupakan model pikap niaga yang dirakit oleh SMK Negeri 10 Malang.
Esemka Patua adalah truk mini (pikap) yang dirakit SMK Negeri 2 Surabaya.
Esemka Borneo merupakan mobil minibus dengan daya angkut 15 penumpang dengan menggunakan kekuatan mesin 2.776 cc.
Dalam perjalanannya Esemka melibatkan sekolah-sekolah menengah kejuruan Indonesia antara lain:
Setelah menempuh perjalanan dari Surakarta menuju Jakarta, maka pada tanggal 27 Februari 2012 mobil Esemka Rajawali melakukan Uji Emisi Euro-2 di Balai Thermodinamika Motor dan Propulsi (BMTP) Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Kendaraan didiamkan selama 6 jam untuk mendinginkan mesin, oli dan air radiator, kemudian Uji Emisi dilakukan dan hanya memakan waktu 19 menit 45 detik dengan 'hasil' tidak ada masalah dan kendala apapun, walaupun demikian hasil rinci uji emisi secara resmi hanya bisa diumumkan oleh Dirjen Perhubungan Darat sebagai pemberi perintah. BMTP berada di bawah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki sertifikat internasional dan resmi.[21] Ini adalah salah satu langkah yang harus dipenuhi agar mobil tersebut dikatakan layak jalan dan dapat diproduksi massal, setelah mendapatkan Nomor Identifikasi Kendaraan.
Kementerian Perhubungan belum bisa mengeluarkan Sertifikat Uji Tipe Esemka, karena hasil uji kendaraan tersebut di atas ternyata CO sebesar 11.63 gram/kilometer dan HC+NOx 2,69 gram/kilometer di mana seharusnya maksimum CO 5,0 gram/kilometer dan HC+NOx 0,70 gram/kilometer.[22]
Tanggal 16 Agustus 2012, merupakan tonggak keberhasilan Esemka, setelah melalui proses perbaikan, akhirnya Esemka Rajawali I, Esemka Rajawali R2 dan Esemka Bima 1.1 berhasil melampaui nilai ambang batas Euro 2 dengan hasil CO = 1.544 g/km dan NOx+HC = 0,598 g/km.[butuh rujukan]