Arca Prajnaparamita, salah satu arca Jawa kuno terindah di Indonesia.
Arca Hindu di Sungai Rata (foto diambil antara tahun 1898 dan 1900)

Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yaitu sarana dalam memuja tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.

Kini di dalam dunia keagamaan Indonesia dikenal tiga macam arca, yakni arca peninggalan agama Hindu, arca peninggalan agama Buddha, dan arca agama Kristen (terutama Katolik).

Hindu

Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari: मूर्ति), atau murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam, yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan.[1] Menurut kepercayaan Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan persembahan atau sesaji.[2] Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus mengacu kepada tradisi keagamaan yang bersangkutan.[1]

Arca tidak selalu ditemukan di dekat sebuah candi. Candi bisa jadi memiliki sebuah arca, namun sebuah arca belum tentu ada dalam sebuah candi. Ada tiga jenis arca berdasarkan kuantitas pemujanya, yakni:

Buddha

Murti juga dimuliakan dalam agama Buddha terutana mazhab Mahayana saat beribadah sebagai sasaran pemujaan atau fokus meditasi. Pemujaan murti sangat dianjurkan dalam dalam Hindu dan Buddha, khususnya pada masa Dwapara Yuga,[3] seperti disebutkan dalam naskah Pañcaratra. Dalam agama Buddha, arca perwujudan Buddha Gautama disebut Buddharupa.

Laksana

Dewa Brahma digambarkan berkepala empat

Arca dewa, dewi, atau boddhisatwa biasanya mengenakan perhiasan yang raya dan mewah, seperti jamang, jatamakuta (mahkota), subang (anting-anting), cincin, gelang, kelat bahu, upawita, pending, ikat perut, ikat pinggang, ikat pinggul, dan gelang kaki.

Tidak seperti patung biasa yang dibuat bebas sesuai keinginan seniman pematungnya, arca dewa-dewi, buddha, bodhisattwa atau makhluk spiritual tertentu memiliki ciri-ciri yang disebut laksana, yaitu atribut atau benda-benda tertentu yang dibawa oleh arca ini yang menjadi cirinya. Laksana sudah disepakati dalam ikonografi seni Hindu dan Buddha.

Berikut ini adalah laksana atau ciri-ciri atribut dewa-dewa atau tokoh spiritual lainnya:

Lihat juga

Catatan kaki

  1. ^ a b Klostermaier, Klaus K. A Survey of Hinduism. 1989 page293-5
  2. ^ Kumar Singh, Nagendra. Encyclopaedia of Hinduism, Volume 7. 1997, page 739-43
  3. ^ Garuḍa Purāṇa 1.223.37, 1.228.18