Yayasan Lontar
Organisasi nirlaba
PendiriGoenawan Susatyo Mohamad
Sapardi Djoko Damono
Umar Kayam
Subagio Sastrowardoyo
John H. McGlynn
Kantor
pusat
Jl. Danau Laut Tawar No. 53, Pejompongan, Jakarta 10210 Indonesia
Wilayah operasi
Dunia
Situs webhttp://www.lontar.org/

Yayasan Lontar adalah organisasi independen dan nirlaba yang berkedudukan di Jakarta, Indonesia. Tujuan utama Lontar adalah untuk mempromosikan sastra dan budaya Indonesia melalui penerjemahan karya-karya sastra Indonesia dengan sasaran membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia agar meningkat secara pesat, menjadikan karya-karya sastra Indonesia dapat diakses oleh khalayak internasional, dan mengabadikan dokumentasi sastra Indonesia bagi generasi mendatang

Sebelum Yayasan Lontar didirikan, pada tahun 1987, hampir tidak ditemukan hasil karya terjemahan sastra Indonesia di pasar dunia. Bahkan lebih dari dua dekade, Yayasan Lontar masih merupakan satu-satunya organisasi di dunia yang fokus utamanya mempromosikan Indonesia melalui penerjemahan karya-karya sastra. Dua program utama Yayasan Lontar adalah penerbitan serta riset dan dokumentasi.

Program Penerbitan

Yayasan Lontar memiliki tiga nama penerbitan: Lontar, Godown, dan Amanah, yang masing-masing memiliki kekhususan sebagai berikut

Dalam pemilihan naskah yang akan diterbitkan, Lontar mempertimbangkan untuk jangka panjang, dengan memilih teks-teks yang mungkin telah atau akan memiliki nilai penting dalam sejarah dan secara khusus, sejarah sastra Indonesia. Selain itu, Lontar berharap dapat memperlihatkan sifat multi-faset dari budaya Indonesia melalui buku-buku yang diterbitkannya.

Adapun, program-program Divisi Penerbitan antara lain:

Seri The Modern Library of Indonesia

Seri terjemahan karya sastra Indonesia yang dianggap baik dan penting. Beberapa karya yang sudah terbit:

Program riset dan dokumentasi

Berikut ini beberapa proyek yang telah dilakukan divisi Riset dan Dokumentasi:

Adapun beberapa proyek yang sedang dalam tahap pengerjaan adalah:

Illuminations: Dokumentasi Tradisi Tulis di Indonesia

Pada 1991 Yayasan Lontar melakukan survei di perpustakaan-perpustakaan utama dunia yang memiliki arsip manuskrip-manuskrip Nusantara. Hampir 1000 bentuk manuskrip Indonesia berhasil dilacak pada waktu itu. Yayasan Lontar juga mengumpulkan esai-esai hasil karya para ahli atau peneliti dari dalam dan luar negeri mengenai tradisi tulis di Indonesia. Puncak kegiatan proyek ini adalah penerbitan buku berjudul Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia.

Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia disusun dan disunting oleh Ann Kumar dan John H.McGlynn, berisi kumpulan esai dan foto-foto manuskrip Nusantara yang berasal dari koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kontributor esai pada buku ini adalah: Mastini Hardjoprakoso, Thomas M. Hunter Jr., Supomo Suryohudoyo, A.H. Johns, Henry Chambert Loir, Ian Proudfoot, Virginia Hooker, Mark Durie, Annabel Teh Gallop, Edi S. Ekadjati, Raechelle Rubinstein, Th. C. van der Meij, T.E. Behrend, Bernard Arps, Roger Tol, Uli Kozok, Alan Feinstein.

Adapun materi yang dimuat dalam buku tersebut adalah:

On the Record: Dokumentasi Tradisi Seni Pertunjukan Nusantara

Tradisi lisan dalam sejarah Nusantara tidak sekadar merupakan media penuturan, melainkan bagian penting dari pewarisan sebuah budaya dan kearifan lokal kepada generasi berikutnya, terutama ketika budaya tulis belum ada.Namun karena penuturan tradisi lisan melibatkan ekspresi yang unik dan tidak beraturan (manasuka), keberlangsungannya bergantung pada kemauan para praktisinya untuk meneruskannya. Hampir tidak dapat dihindarkan, perubahan sosial di Indonesia yang sangat cepat selama beberapa dekade terakhir, telah menyebabkan beberapa akar tradisi, termasuk tradisi lisan di berbagai kelompok etnik telah tercerabut paksa. Dasar ritual dan sosial tradisi-tradisi lisan telah sangat dilemahkan dan, ketika para penutur epik lisan dan nyanyian ritual semakin langka, pengetahuannya akan lenyap tanpa bekas.

Yayasan Lontar melakukan riset dan dokumentasi visual beberapa tradisi tersebut, antara lain:

On the Record: Video Biografi Sastrawan Indonesia

Dalam usaha memperkenalkan sastra Indonesia dan para penciptanya, Yayasan Lontar memproduksi 24 buah film mengenai para penulis Indonesia. Film-film tersebut menawarkan kepada pemirsa suatu pandangan langsung kepada pribadi-pribadi di balik buku-buku yang mereka tulis. Pemirsa dapat mendengar secara langsung mengenai kenangan-kenangan masa lalu dan pikiran-pikiran mereka. Setiap film disunting menjadi berdurasi sekitar 24 menit. Detail lebih lengkap tersimpan di arsip Perpustakaan Digital Lontar.

Para penulis yang telah didokumentasikan adalah:

Old Postcards, “Former Points of View”: Sejarah Indonesia dalam Kartu Pos

Memperingati setengah abad kemerdekaan Indonesia, pada 1995 Yayasan Lontar menerbitkan buku ''Former Points of View: Postcards & Literary Passages from Pre-Independence Indonesia''. Buku tersebut berisi 1067 kartu pos hasil riset dan dokumentasi tentang gambaran kehidupan masyarakat Indonesia pra kemerdekaan: tradisi musik, tarian, seni kriya; upacara pemakaman atau perayaan keagamaan tahunan; hingga aspek kehidupan sehari-hari seperti gambaran para pedagang dan tukang kredit barang yang pada masa itu menyebar hingga ke pelosok-pelosok. Buku tersebut disusun oleh Stephen Grant.

The New Order: Issues, Images, and Incidents: Orde Baru dalam ulasan peristiwa dan gambar

Pada bulan Mei 1998, Presiden Soeharto, secara tiba-tiba lengser keprabon (mengundurkan diri dari tampuk kekuasaan) setelah berkuasa selama lebih dari tiga puluh tahun. Pada saat itu Indonesia sedang dilanda krisis politik dan ekonomi yang sangat parah.

Selama era pemerintahan Soeharto, Indonesia tumbuh dari negara yang dianggap paria oleh negara-negara Barat menjadi apa yang disangka sebagai sebuah keberhasilan uji coba perencanaan pembangunan nasional. Di balik pesona kemajuan kebebasan demokrasi dan pembangunan infrastruktur tersebut, penindasan merajalela, nepotisme terang-terangan dan sangat mencolok, korupsi mewabah yang, pada saat presiden Indonesia kedua itu mengundurkan diri, mulai muncul di depan mata, mengancam dan merongrong sendi-sendi kehidupan sosial di negeri terbesar keempat di dunia ini.

Sejak 1998-2002, Yayasan Lontar melakukan riset mengenai berbagai tema utama yang muncul selama era tersebut agar berbagai pelajaran dari sejarah pemerintahan rezim Orde Baru tersebut dapat dipetik. Pada riset tersebut, Yayasan Lontar mengumpulkan dan menyusun data-data aktual yang diperoleh dari berbagai media massa, wawancara personal, serta diskusi kelompok dengan pengamat politik terkemuka.

Riset tersebut menghasilkan sebuah koleksi yang berisi lebih dari 1500 foto bersejarah yang menggambarkan berbagai peristiwa luar biasa yang terjadi selama rezim Orde Baru, esai yang ditulis oleh lebih dari 50 orang yang terlibat langsung dalam peristiwa tersebut, yang diterbitkan sebagai buku berjudul ''Indonesia in the Soeharto Years: Issues, Incidents, and Images'' (Indonesia pada Masa Soeharto: Isu, Peristiwa, dan Gambar) yang sekarang dipertimbangkan oleh beberapa ahli menjadi salah satu di antara buku-buku terpenting yang mendokumentasikan sejarah era Orde Baru.

Foreword buku tersebut ditulis oleh President Jimmy Carter,Introduction oleh Taufik Abdullah, Preface oleh Goenawan Mohamad, dan Afterword oleh Ignas Kleden. Adapun kontributor essainya antara lain: A.H. Nasution, Ajip Rosidi, Arief Budiman, Arswendo Atmowiloto, Asmara Nababan, Benny Subianto, Chris Siner Key Timu, David Bourchier, Douglas Ramage, Emmy Hafild, Eros Djarot, Feisal Ismail, Gerry van Klinken, H.S. Dillon, Hardoyo, Hermawan Sulistyo, Ignas Kleden, J. Soedradjad Djiwandono, J.R.G. Jopari, João M. Saldanha, Joseph Adi Prasetyo, Joshua Barker, Jusuf Wanandi, Juwono Sudarsono, Kartono Mohamad, Kay Rala Xanana Gusmão, Loren Ryter, Miriam Budiardjo, Moerdiono, Mohamad Sadli, Ong Hok Ham, Pramoedya Ananta Toer, Putu Suasta, R.B. Soehartono, Ridwan Saidi, Sabam Sirait, Saskia Wieringa, Sidney Jones, Sri Soemantri, Tinuk Yampolsky, Ulil Abshar-Abdallah, Yusuf Hasyim.

Historical Memory: Dampak Peristiwa Tahun 1965

Pada 2000-2004 para peneliti yang dikontrak oleh Yayasan Lontar mewawancarai 145 orang yang kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh berbagai peristiwa pada tahun 1965.

Studi atas ingatan perorangan mengenai suatu peristiwa bersejarah ini menghasilkan beberapa buku, yakni:

Satu Abad Drama Indonesia

Pada tahun 2001, Yayasan Lontar mulai mengumpulkan naskah drama Indonesia. Ratusan naskah drama dalam rentang satu abad telah dikumpulkan. Dari ratusan naskah tersebut, dewan penyunting serta dewan penasihat memilih 50 naskah drama, yang dianggap mewakili berbagai isu yang beredar dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan telah dipentaskan di atas panggung selama abad ke-20. Lima puluh naskah tersebut disunting dan diterbitkan dalam empat jilid Antologi Drama Indonesia. Sejumlah 34 naskah dipilih untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam 3 jilid The Lontar Anthology of Indonesian Drama. Keduanya terbit pada 2010.

Antologi Drama Indonesia

The Lontar Anthology of Indonesian Drama

Referensi

Pranala luar