Tawarikh Nabonidus adalah prasasti kuno bertulisan kuneiform (huruf paku) yang termasuk kumpulan Tawarikh Babilonia. Berisi sejarah runtuhnya Babilon yang dipimpin oleh Nabonidus dan awal pemerintahan Kekaisaran Persia di bawah pimpinan raja Koresh, meliputi jangka waktu dari tahun 556 SM sampai setelah tahun 539 SM.[1][2]
Tawarikh Nabonidus berbentuk satu lempengan tanah liat yang saat ini disimpan di British Museum, London, Inggris. Berukuran lebar 14 cm dan panjang 14 cm, tetapi rusak berat di bagian bawah dan hampir seluruh sebelah kirinya. Tulisannya di bagian depan dan belakang terdiri dari 2 kolom yang masing-masing memuat 300-400 baris, tetapi hanya 75 baris tulisan yang dapat dibaca.[1] Bagian yang hilang adalah seluruh kolom 1 dan 4, serta bagian bawah kolom 2 dan bagian atas kolom 3. Tampaknya ada catatan pembuatan (kolofon atau colophon) di bagian bawah lempengan, tetapi inipun sebagian besar hilang.[3]
Prasasti ini diduga adalah salinan yang dibuat pada zaman Seleucid (abad ke-4 SM sampai abad ke-1 SM) tetapi aslinya diperkirakan dari akhir abad ke-6 SM atau awal abad ke-5 SM.[4] Kemiripan dengan Tawarikh Nabonassar sampai Shamash-shum-ukin, sebuah tawarikh Babilon yang lain, menunjukkan kemungkinan penulisnya orang yang sama, sehingga dapat diberi penanggalan sekitar pemerintahan raja Darius I dari Persia (~ 549 SM–486 SM).[2] Meskipun tulisannya berstandar bagus, tetapi salinannya tidak sempurna dan penulis membuat sejumlah kesalahan yang mudah terlihat dalam teks.[5]
Prasasti ini diperoleh British Museum tahun 1879 dari pedagang barang antik Spartali & Co. Tempat penemuan asalnya tidak diketahui, meskipun diduga dari reruntuhan Babilon. Rupanya adalah sebagian koleksi surat-surat resmi dari seorang gubernur pada zaman Achaemenid di Babilon.[6] Teks ini yang tadinya dikenal sebagai "Almanak Nabonidus" (Annals of Nabonidus), pertama kali dibicarakan oleh Sir Henry Rawlinson dalam majalah Athenaeum 14 Februari 1880, dengan terjemahan bahasa Inggris diterbitkan 2 tahun kemudian.[5] Sejak itu diterjemahkan oleh sejumlah pakar lain, misalnya Sidney Smith,[5] A. Leo Oppenheim,[7] Albert Kirk Grayson,[3] Jean-Jacques Glassner,[8] dan Amélie Kuhrt.[9]
Sebagaimana Tawarikh Babilon lain, prasasti ini mendaftar tahun demi tahun kegiatan penting dalam tahun tertentu, misalnya naik tahta dan kematian raja-raja, perang dan upacara keagamaan, tetapi hanya melaporkan peristiwa yang langsung berhubungan dengan Babilon, sehingga tidak bisa menjadi sumber sejarah untuk daerah itu secara luas.[2]
Tawarikh Nabonidus mencatat bahwa pada tahun ke-6 pemerintahan Nabonidus, Koresh Agung merebut kota Ekbatana, yaitu pada tahun 550 SM.[16] Dengan demikian tahun ke-17 atau tahun terakhir pemerintahan Nabonidus jatuh pada tahun 539 SM.[17]