Sjumandjaja | |
---|---|
Lahir | Sjumandjaja 5 Agustus 1933 Batavia, Hindia Belanda (sekarang Jakarta, Indonesia) |
Meninggal | 19 Juli 1985 Jakarta, Indonesia | (umur 51)
Pekerjaan | |
Tahun aktif | 1956 - 1985 |
Suami/istri |
|
Anak | Pernikahan dengan Farida Oetoyo:
Pernikahan dengan Tutie Kirana: |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia |
Sjumandjaja (5 Agustus 1933 – 19 Juli 1985) adalah seorang penulis skenario dan sutradara Indonesia. Ia merupakan ayah dari musikus dan komponis Indonesia, Sri Aksana Sjuman serta novelis dan pemeran Indonesia, Djenar Maesa Ayu.
Sjumandjaja menempuh pendidikan tingkat atas di Sekolah Lanjutan Atas (SLA) Taman Siswa. Setelah lulus SLA, ia mulai menulis cerpen, sajak, dan kritik sastra. Sjumandjaja juga mulai mencoba bermain peran-peran kecil di sejumlah film. Pada tahun 1956, cerpen berjudul Keroncong Kemayoran yang dibuat olehnya diadaptasi menjadi sebuah film berjudul Saodah. Film tersebut diproduksi oleh sebuah studio film bernama PT Persari. Pada tahun berikutnya, yakni 1957, dia menjadi Asisten Sutradara dalam proses produksi film Anakku Sajang. Film tersebut juga merupakan adaptasi dari tulisan yang dibuatnya dan diproduksi oleh perusahaan yang sama. Pada 1958, Sjumandjaja akhirnya bekerja di PT Persari dan bertugas dalam dapartemen penulisan yang dipimpin oleh Asrul Sani.[1]
Pada tahun 1959, Sjumandjaja memperoleh beasiswa untuk belajar di Moscow, Russia. Dirinya menempuh pendidikan di All Union State Institute of Cinematography, Moskow sampai tahun 1965. Dia lulus dengan tugas akhir berupa film dengan judul Bayangan. Film tersebut merupakan film hitam putih berdurasi 25 menit, berbahasa Rusia, dan ceritanya diadaptasi dari sebuah kisah yang ditulis oleh novelis Amerika Serikat bernama Erskin Caldwell. Tugas akhir tersebut memperoleh predikat sangat memuaskan. Hal ini membawanya menjadi orang ke-7 yang mampu memperoleh predikat tersebut sejak institusi tersebut berdiri pada 1919. Dia juga menjadi orang non-Rusia pertama yang memperoleh predikat tersebut.[1]
Setelah menyelesaikan studi di Rusia, Sjumandjaya kembali ke Indonesia. Pada tahun 1965, Sjuman tercatat pernah mengajar dalam Kursus Kader Karyawan Film di Mampang Prapatan. Dalam kursus itu, Sjuman mengajar 40 orang siswa. Materi yang diajarkan olehnya adalah art cinematography.[2] Pada tahun 1966, dirinya diangkat menjadi Direktur di Direktorat Film Departemen Penerangan dari tahun 1967 hingga 1968. Di bawah kepemimpinannya, Direktorat Film melahirkan sejumlah kebijakan penting yang menjadi dasar perkembangan film di Indonesia. Beberapa hal yang dianggap penting seperti diadakannya seminar persiapan UU Perfilman dan terbitnya SK Menteri Penerangan No. 71/1967 tentang pengumpulan dana lewat film impor yang digunakan untuk meningkatkan produksi dan rehabilitasi film nasional. Selain itu, lahir pula Dewan Produksi Film Nasional yang bertugas untuk membuat film percontohan. Pembuatan film-film percontahan ini bertujuan untuk mengubah orientasi para pembuat film yang saat itu banyak memproduksi film kodian.[3] Setelah selesai bertugas di Direktorat Film, Sjumandjaya kembali aktif menulis dan beberapa kali ikut bermain peran.[1]
Sjuman pertama kali bertemu dengan Farida Oetoyo pada tahun 1961. Saat itu, Farida sedang menempuh pendidikan di akademi tari 'Bolshoi Teater' di Moskow, Rusia. Sejak saat itu keduanya semakin dekat dan pada bulan Juni tahun 1962 keduanya menikah.[2] Dari perkawinannya dengan Farida Oetoyo itu, Sjuman mendapatkan dua putra, salah satunya adalah mantan drummer grup musik Dewa 19 yaitu Aksan Sjuman atau lebih dikenal dengan nama Wong Aksan. Sjuman dan Farida kemudian bercerai.[2]
Pasca bercerai dengan Farida, Sjuman kemudian melakukan pernikahan dengan aktris Tutie Kirana. Dari pernikahan tersebut lahir seorang putri yang bernama Djenar Maesa Ayu yang menjadi salah seorang penulis dan sutradara perempuan di Indonesia. Pada tahun 1984, Sjuman menikahi artis Zoraya Perucha tanpa dikaruniai anak sampai akhir hayatnya tahun 1985.[2]
Judul Film | Tahun | Posisi | Rumah Produksi | Ref. |
---|---|---|---|---|
Saodah | 1956 | Penulis cerita | Persari | [5] |
Anakku Sayang | 1957 | Penulis cerita | Persari | [6] |
Apa jang Kau Tjari, Palupi? | 1969 | Produser eksekutif | Dewan Produksi Film Nasional | [7] |
Nji Ronggeng | 1969 | Penulis skenario | Dewan Produksi Film Nasional | [8] |
Kekasihku Ibuku | 1971 | Penulis skenario | Sarinande | [9] |
Pengantin Remadja | 1971 | Penata skenario, Penulis naskah cerita | PT Aries Film, Hana International Film | [10] |
Lewat Tengah Malam | 1971 | Sutradara, Penulis naskah | PT Allied Film of Indonesia | [11] |
Jang Djatuh Dikaki Lelaki | 1971 | Aktor, Penata skenario | PT Tuti Mutia Film | [12] |
Lorong Hitam | 1971 | Penata skenario | PT Sarinande Films | [13] |
Perawan Buta | 1971 | Aktor | Ramayana | [14] |
Beranak Dalam Kubur | 1971 | Skenario | Tidar Jaya | [15] |
Si Bongkok | 1972 | Aktor | Rapi Films | [16] |
Mama | 1972 | Pemain, Skenario | Aries Film | [17] |
Andjing-andjing Geladak | 1972 | Pemain, Skenario | Tuti Meutia | [18] |
Flambojan | 1972 | Sutradara, Aktor | Kartika Wira Bhakti | [19] |
Si Doel Anak Betawi | 1973 | Sutradara, Cerita, Skenario | Matari | [20] |
Jimat Benyamin | 1973 | Skenario | Tuty Jaya | [21] |
Si Mamad | 1973 | Sutradara, Produser | Matari | [22] |
Bulan Di Atas Kuburan | 1973 | Produser | Matari | [23] |
Atheis/Kafir | 1974 | Sutradara, Produser, Penulis | Matari | [24] |
Cinta Remaja | 1974 | Skenario | Karya Dunia | [25] |
Prahara | 1974 | Skenario | Tuty Meutia | [26] |
Musuh Bebuyutan | 1974 | Sutradara | Ji'ung Film | |
DEWI | 1974 | Sutradara | Citra Indah | |
Laila Majenun | 1975 | Sutradara | Matari Artis Jaya | [27] |
Si Doel Anak Modern | 1976 | Sutradara | Matari Artis Jaya | [28] |
Pinangan | 1976 | Sutradara | Matari Artis Jaya | [29] |
Ganasnya Nafsu | 1976 | Aktor | Sarinande | |
Wajah Tiga Perempuan | 1976 | Skenario | Sugar Indah | [30] |
Yang Muda Yang Bercinta | 1977 | Sutradara, Produser | Matari Artis Jaya | [31] |
Gitar Tua Oma Irama | 1977 | Skenario, Sutradara | Sjam Studio | [32] |
Terminal Cinta | 1977 | Penasihat Sutradara | Nusantara | |
YOAN | 1977 | Skenario | Sugar Indah | [33] |
Siulan Rahasia | 1977 | Skenario | Sjam Studio | [34] |
Arwah Komersial Dalam Kampus | 1977 | Skenario | Gemini Satria | [35] |
Darah Muda | 1977 | Skenario | Sjam Studio | [36] |
Ombaknya Laut Mabuknya Cinta | 1978 | Skenario, Produser, Pemain | Matari Artis Jaya | [37] |
Kabut Sutra Ungu | 1979 | Sutradara | Matari Artis Jaya | [38] |
Selamat Tinggal Duka | 1980 | Skenario | Karno's Film | [39] |
Hilangnya Sebuah Mahkota | 1980 | Penasihat/Sutradara | Young Bross | |
Permainan Bulan Desember | 1980 | Produser, Skenario | Matari Artis Jaya | [40] |
Yang Kembali Bersemi | 1980 | Skenario | Karno's Film | [41] |
Bukan Sandiwara | 1980 | Sutradara | Bola Dunia | [42] |
Gadis Marathon | 1981 | Penulis naskah cerita | Tiga Sinar Mutiara | [43] |
R.A Kartini | 1982 | Sutradara | Nusantara | [44] |
Budak Nafsu | 1983 | Sutradara | Soraya Intercine | [45] |
Kerikil-Kerikil Tajam | 1984 | Sutradara | Bola Dunia Film | [46] |
Yang Masih di Bawah Umur | 1985 | Skenario | Gramedia Film | [47] |
Opera Jakarta | 1986 | Sutradara | Gramedia Film | [48] |
Pada awal tahun 1980-an, kesehatan Sjumandjaja mulai mengalami kemerosotan. Beliau pernah mengalami keadaan kritis. Dia meninggal pada 19 Juli 1985 saat pembuatan Opera Jakarta hampir selesai.[1]
Penghargaan | Tahun | Kategori | Karya yang dinominasikan | Hasil |
---|---|---|---|---|
Festival Film Indonesia | 1976 | Penulis Skenario Terbaik | Laila Majenun | Menang |
1977 | Sutradara Terbaik | Si Doel Anak Modern | Menang | |
Penulis Skenario Terbaik | Menang | |||
1980 | Sutradara Terbaik | Kabut Sutra Ungu | Nominasi | |
Penulis Skenario Terbaik | Nominasi | |||
1983 | Sutradara Terbaik | R.A. Kartini | Nominasi | |
Penulis Skenario Terbaik | Nominasi | |||
1984 | Sutradara Terbaik | Budak Nafsu | Menang | |
Penulis Skenario Terbaik | Nominasi | |||
1985 | Sutradara Terbaik | Kerikil-Kerikil Tajam | Nominasi | |
Penulis Cerita Asli Terbaik | Menang | |||
Penulis Skenario Terbaik | Nominasi | |||
1986 | Sutradara Terbaik | Opera Jakarta | Nominasi | |
Penulis Skenario Terbaik | Nominasi |
Penghargaan dan prestasi | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Teguh Karya Film : Di Balik Kelambu (1983) |
Sutradara Terbaik (Festival Film Indonesia) Film : Budak Nafsu (Fatima) (1984) |
Diteruskan oleh: Slamet Rahardjo Film : Kembang Kertas (1985) |
Didahului oleh: Nico Pelamonia Film : Semalam di Malaysia (1976) |
Sutradara Terbaik (Festival Film Indonesia) Film : Si Doel Anak Modern (1977) |
Diteruskan oleh: Ami Prijono Film : Jakarta Jakarta (1978) |