Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.Cari sumber: "Prosa" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

Prosa atau gancaran adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang disampaikan menggunakan narasi. Penulisan prosa menggabungkan bentuk monolog dan dialog. Pengarang cerita memasukkan pemikiran-pemikirannya ke dalam pikiran tokoh. Penyampaian gagasan dilakukan selama para tokoh melakukan dialog.[1] Secara umum, prosa terbagi menjadi prosa nonsastra dan prosa sastra. Prosa nonsastra berbentuk karya tulis ilmiah yang meliputi laporan penelitian, makalah, atau artikel. Prosa sastra terbagi lagi menjadi prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Prosa fiksi meliputi dongeng, cerita pendek, dan novel, sedangkan prosa nonfiksi meliputi biografi, autobiografi, dan esai.[2]

Ciri khas

Ciri utama dari prosa yaitu penggunaan kata-kata yang tidak memperhatikan pola irama maupun sajak. Prosa memiliki sifat memaparkan sesuatu dan hanya mengandung sedikit nilai sastra. Pemaparan prosa dapat dikatakan sebagai karya sastra apabila di dalamnya terdapat berbagai peristiwa, pengenalan tokoh dan penggunaan fiksi. Tindakan di dalam satu kesatuan ruang dan waktu menjadi penanda terjadinya sebuah peristiwa. Keberadaan ruang dan waktu tidak dapat disebut sebagai peristiwa jika tidak terdapat tindakan di dalamnya. Tiap perisitiwa selalu melibatkan tokoh di dalamnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berurutan dan berkelanjutan merupakan hasil tindakan tokoh. Tokoh-tokoh dan peristiwa yang diceritakan di dalam prosa bersifat fiktif. Penyampaian prosa tidak mengutamakan penggunaan unsur-unsur keindahan puisi.[3]

Jenis-jenis prosa

Prosa biasanya dibagi menjadi lima jenis:

Prosa lama

Prosa lama merupakan karya sastra yang tidak memperoleh pengaruh dari sastra atau kebudayaan Barat. Sebelum masyarakat mengenal tulisan, penyampaian prosa lama dilakukan dengan menggunakan lisan. Penggunaan tulisan kemudian diperkenalkan selama penyebaran agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia. Masyarakat kemudian mulai menyampaikan prosa dengan media tulisan. Prosa lama ini yang mengawali sastra Indonesia dan mengembangkan karya sastra lainnya. Sifat dari prosa lama yaitu mengandung imajinasi dan ceritanya berpusat pada istana. Penulisan prosa umumnya anonim, bentuk isinya tidak berubah serta ditujukan untuk memberikan pengajaran. Prosa lama dapat disajikan dalam bentuk dongeng, hikayat, atau tambo.[4]

Hikayat

Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, si Pitung, Hikayat si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.

Sejarah

Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.

Kisah

Kisah adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.

Dongeng

Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Perkembangan dongeng terjadi di dalam masyarakat lama. Kisah-kisah di dalam dongeng masih dapat diterapkan pada masyarakat modern.[5]

Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:

Cerita berbingkai

Cerita berbingkai, adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.

Bentuk-bentuk prosa baru

Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut:

Roman

Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.

Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:

Novel

Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perubahan nasib pelaku. Jika roman condong pada idealisme, maka novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.

Cerpen

Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A. A. Navis.

Riwayat

Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (autobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B. J. Habibie, Ki Hajar Dewantara.

Kritik

Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.

Resensi

Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dan lain-lain, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.

Esai

Esai adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll.

Referensi

  1. ^ Kosasih 2008, hlm. 51.
  2. ^ Ahyar, Juni (2019). Apa Itu Sastra: Jenis-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra (PDF). Sleman: Deepublish. hlm. 235. ISBN 978-623-02-0145-5. 
  3. ^ Nuryatin, A., dan Irawati, R. P. (2016). Pembelajaran Menulis Cerpen (PDF). Semarang: Penerbit Cipta Prima Nusantara. hlm. 38. ISBN 978-602-8054-88-1. 
  4. ^ Sumaryanto (2010). Mengenal Pantun dan Syair. Semarang: PT. SIndur Press. hlm. 2. ISBN 978-979-067-054-9. 
  5. ^ Kosasih 2008, hlm. 52.

Daftar pustaka

  1. Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia (PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. ISBN 978-602-8219-57-0.