artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. Tidak ada alasan yang diberikan. Silakan kembangkan artikel ini semampu Anda. Merapikan artikel dapat dilakukan dengan wikifikasi atau membagi artikel ke paragraf-paragraf. Jika sudah dirapikan, silakan hapus templat ini. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)

Paṭiccasamuppāda (Pali; Sanskerta: प्रतीत्यसमुत्पाद pratītyasamutpāda; Hanyu: 緣起), biasa diterjemahkan sebagai sebab-akibat yang saling bergantungan atau dependensi kemunculan, merupakan salah satu hukum terpenting dalam Buddhisme.

Ajaran ini menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan semua mahluk, khususnya manusia. Dengan menganalisis dan merenungkan Paticca Samuppada inilah, Siddhartha Gautama (yang pada saat itu masih menjadi Petapa) akhirnya mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha.[1]

Pengertian dasar

Pemahaman akan Paticcasamuppada yang sederhana adalah:

Penerapan

Penerapan akan Paticcasamuppada terdiri dari dua bagian, satu bagian mengenai pengertian akan Dukkha, dan bagian lain mengenai kelahiran kembali.

Pengertian akan Dukkha

Pengertian paticcasamuppada mengenai penderitaan Dukkha dikenal dengan sebutan Empat Kesunyataan Mulia:

  1. Dukkha: Pengertian akan penderitaan (Dukkha).
  2. Samudaya: Asal-muasal penderitaan (Dukkha).
  3. Nirodha: Lenyapnya penderitaan (Dukkha).
  4. Magga: Jalan menuju lenyapnya penderitaan (Dukkha) atau yang disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Dua belas Nidana

12 (dua belas) Sebab-musabab (Nidana) yang ada dalam setiap mahluk, khususnya manusia dapat dikategorikan sebagai berikut:

Referensi