Myrtus Murad | |
---|---|
Myrtus communis | |
Murad (M.communis)[1] | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Rosid |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | Myrtus |
Spesies tipe | |
Myrtus communis | |
Species | |
Myrtus communis L. | |
Sinonim[4] | |
Myrthus Scop. |
Myrtus, dengan nama umum murad (bahasa Inggris: myrtle) merupakan suatu genus tumbuhan bunga dalam familia Myrtaceae. Pertama kali dipaparkan oleh Linnaeus pada tahun 1753.[3]
Lebih dari 600 nama pernah diusulkan termasuk ke dalam genus ini, tetapi hampir semuanya telah dipindahkan ke genus lain atau dianggap sinonim.
Genus Myrtus beranggotakan 2 spesies yang dikenal sekarang:[4]
Myrtus communis, atau Murad umum (juga disebut true myrtle; "murad sejati"), merupakan tumbuhan asli di bagian utara Mediterania (terutama di pulau Sardinia dan Corsica, di mana memiliki nama setempat murta).[5]
Myrtus nivellei atau Murad sahara, (bahasa Tuareg: tefeltest), tumbuh endemik di pengunungan Gurun Sahara tengah.[6]
Myrtus communis, dibiakkan luas sebagai suatu tanaman hias dalam bentuk perdu di kebun dan taman. Sering menjadi tanaman pagar, di mana daun-daun kecilnya dicukur rapi.
Jika lebih jarang dicukur, bunganya lebat pada akhir musim panas. Membutuhkan musim panas yang lama dan terik untuk menghasilkan bunga, dan perlu dilindungi dari frost musim dingin.
Spesies dan subspesies M.communis subsp. tarentina telah memperoleh penghargaan Award of Garden Merit dari Royal Horticultural Society.[7][8]
Myrtus communis digunakan di pulau Sardinia dan Corsica untuk menghasilkan minuman keras beraroma yang disebut Mirto dengan cara maserasi dalam alkohol. Mirto merupakan salah satu minuman khas Sardinia, tersedia dalam dua varietas: mirto rosso (merah) dihasilkan dari maserasi buah (berries), dan mirto bianco (putih) dihasilkan dari buah kuning, bahkan daun-daun, yang kurang lazim ditemukan.[9]
Buah-buahnya (berries), utuh atau digiling, telah digunakan sebagai pengganti merica.[10]
Murad menempati posisi utama dalam tulisan-tulisan Hippocrates, Plinius, Dioscorides, Galen, dan penulis-penulis Arab.[11]
Di beberapa negara, terutama di Eropa and Tiongkok, ada tradisi untuk menggunakan bahan ini dalam pengobatan infeksi hidung (sinus infections). Suatu tinjauan sistematik obat-obatan tanaman yang digunakan untuk mengobati rhinosinusitis menyimpulkan bahwa bukti manfaat tanaman obat dalam pengobatan rhinosinusitis jumlahnya terbatas, dan tidak cukup bukti dari Myrtus untuk memastikan signifikansi hasil klinik.[12]
|