Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 10 Agustus 1944 (79 tahun) |
Data pribadi | |
Agama | Islam |
Kegiatan | |
Pekerjaan | Politikus dan penulis |
Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus (lahir 10 Agustus 1944 di Rembang) adalah pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang. Gus Mus pernah menjadi Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 2014 hingga 2015 karena menggantikan KH. Sahal Mahfudz yang wafat. Ia juga merupakan salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini. Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Di samping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair.[1]
Pendidikan Gus Mus dimulai di Sekolah Rakyat (SR) Rembang, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri di bawah asuhan KH. Marzuqi Dahlan dan KH. Mahrus Aly kurang lebih selama satu setengah tahun. Setelah itu ia melanjutkan menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta selama empat tahun di bawah asuhan KH. Ali Maksum dan KH. Abdul Qadir. Seetelah menamatkan di pondok tersebut ia menimba ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Gus Mus pernah menjabat sebagai Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 2014 hingga 2015. Pada mulanya ia adalah seorang wakil Rais 'Aam dan Rais 'Aam saat itu adalah KH. Sahal Mahfudz, karena KH. Sahal Mahfudz wafat pada tahun 2014, maka kedudukan Rais 'Aam dijabat oleh KH. Mustafa Bisri (Gus Mus).
Gus Mus adalah seorang pemuka agama atau ulama pertama kali yang memperoleh penghargaan "Yap Thiam Hien" pada tahun 2017 karena ia dikenal sebagai pejuang Hak Asasi Manusia
Selain itu saat Gus Mus menimba ilmu di Universitas Kairo, ia pernah menjadi pengurus HPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia) bersama KH. Syukri Zarkasyi sekaligus menjadi aktivis pengelola majalah organisasi berdua dengan KH. Abdurrahman Wahid.
Lukisan Zikir Bersama Inul dilukis oleh Mustofa Bisri sebagai bentuk pembelaan kepada Inul Daratista. Lukisan ini dianggap kontroversial karena menampilkan sekelompok kiai yang mengenakan sarung, jubah putih dan serban, sambil duduk berzikir mengelilingi seorang perempuan bertubuh bahenol yang sedang bergoyang.[3] Karena lukisan tersebut, Mustofa Bisri yang memperoleh dukungan dari Abdurrahman Wahid saat itu, gagal terpilih sebagai salah satu kandidat Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama di akhir tahun 2004.[4]
Jabatan organisasi Islam | ||
---|---|---|
Didahului oleh: KH. Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz |
Rais Aam PB Nahdlatul Ulama 2014-2015 |
Diteruskan oleh: KH. Ma'ruf Amin |