Milo Yiannopoulos | |
---|---|
![]() Yiannopoulos pada tahun 2016 | |
Lahir | Milo Hanrahan 18 Oktober 1984 Kent, Britania Raya |
Nama lain | Milo Andreas Wagner |
Warga negara | Britania Raya |
Pendidikan | Universtas Manchester (keluar) Wolfson College, Cambridge (dikeluarkan)[1] |
Pekerjaan | Penulis, aktivis |
Tahun aktif | 2007–sekarang |
Gerakan politik | Politik kanan jauh Alt-right[2][3] Alt-lite |
Situs web | milo |
Milo Yiannopoulos (nama lahir Milo Hanrahan, lahir 18 Oktober 1984),[4] dengan nama pena Milo Wagner,[5] adalah aktivis sayap kanan-jauh, komentator politik, ahli polemik, dan penulis sekaligus pembicara publik asal Britania Raya. Melalui ucapan dan tulisannya, ia mengkritik Islam, feminisme, keadilan sosial, dan political correctness.[6][7][8] Yiannopoulos merupakan mantan penyunting di Breitbart News, sebuah organisasi media berhaluan kanan-jauh.[9] Suatu bocoran surat elektronik melihatkan bahwa bukunya yang berjudul Dangerous dan buku artikelnya keluaran Breitbart ditulis oleh kolega Breitbart.
Yiannopoulos bekerja di Breitbart mulai tahun 2014 hingga 2017. Selama bekerja di sana, ia diakui sebagai orang pertama yang menulis mengenai kontroversi Gamergate. Pada Juli 2016, akun Twitter miliknya ditutup permanen atas ujaran kebencian.[10][11] Selain itu, akun Facebook miliknya juga ditutup permanen pada tahun 2019.[12][13]
Berdasarkan ratusan surat elektronik oleh Yiannopoulos yang dibocorkan oleh BuzzFeed pada akhir tahun 2017, Yiannopoulos mengajak nasionalis kulit putih berkali-kali, seperti penyunting American Renaissance, David Saucier, dalam memberi suatu gagasan dan menyunting saran selama bekerja di Breitbart.
Yiannopoulos dituduh megadvokasi pedofilia. Tuduhan itu muncul dari beberapa klip video yang mana ia berkata bahwa hubungan seksual antara anak laki-laki berusia 13 tahun dan orang dewasa dapat "suka sama suka" dan berdampak positif bagi anak laki-laki.[14] Bersamaan dengan beredarnya klip video, Yiannopoulos dikeluarkan dari Breitbart, undangan untuk berbicara di Conservative Political Action Conference dicabut, dan sebuah kontrak untuk menerbitkan otobiografinya dengan Simon & Schuster dibatalkan. Yiannopoulos berkata bahwa ia tidak mendukung hubungan pedofilia dan pernyataannya hanyalah upaya untuk menghadapi korbannya, sebagai objek pelecehan anak oleh orang berusia tua tanpa nama.
Yiannopoulos belajar filsafat di Universitas Manchester dan Inggris di Universitas Cambridge, tetapi tidak lulus dari kedua institusi tersebut.[5] Ia mengatakan kepada Forbes, "Aku berusaha mengatakan kepada diriku sendiri bahwa aku berada pada lingkungan baik, tetapi akhirnya tidak mengatakan apa-apa yang baik tentang engkau kecuali engkau menjadi sukses karena usaha sendiri."[15]
Yiannopoulos mengorganisir suatu skema penghargaan teknologi start-up, The Telegraph Tech Start-Up 100, pada tahun 2011, diselenggarakan melalui suatu perusahaan event bernama Wrong Agency, yang dimulai oleh Yiannopoulos bersama David Rosenberg, seorang teman dari Universitas Cambridge. Perusahaan itu dibubarkan sesaat setelah upacara,[5] di mana Mike Butcher dari TechCrunch mengklaim bahwa hadiah utama telah diberikan kepada layanan streaming musik Spotify meskipun pilihannya jatuh kepada perusahaa penyedia layanan pinjaman jangka pendek Wonga.[16]
Bersama-sama teman-teman kuliahnya David Rosenberg dan David Haywood Smith, wartawan Stephen Pritchard dan bekas pegawai Telegraph Adrian McShane, Yiannopoulos meluncurkan The Kernel pada bulan November 2011 untuk "memperbaiki jurnalisme teknologi Eropa".[17] Pada tahun 2014, The Kernel dibeli oleh induk perusahaan The Daily Dot, Daily Dot Media. Yiannopoulos melepaskan jabatan Editor-in-Chief tetapi tetap menjadi penasihat perusahaan.[18]
Yiannopoulos diakui sebagai orang pertama yang menulis mengenai kontroversi Gamergate, mengkritik politisasi budaya permainan video oleh "sekempok pemrogram dan pengkampanye feminis sosiopatik, dibantuk oleh bloger teknik Amerika fanatik dengan politik benar."[19][20][21] Yiannopoulos juga mempublikasi korespondensi dari GameJournoPros, suatu milis di mana anggota press video game mendiskusikan urusan industri.[22][23] Kyle Orland, pencipta milis itu, merespon kebocoran tersebut pada Ars Technica, mengakui bahwa ia menulis pesan yang berisi beberapa hal yang "segera disesalinya", tetapi juga membela milis itu sebagai "suatu tempat untuk kompetitor bisnis ... mendiskusikan persoalan profesional".[24]
Yiannopoulos dua kali dimasukkan daftar 100 orang paling berpengaruh dalam dunia ekonomi digital Britania Raya dari Wired UK: Nomor 84 pada tahun 2011[25] dan 98 pada tahun 2012.[15][26]
Pada tahun 2007, ia menerbitkan sendiri dua koleksi puisi.[27] Ia juga menulis buku, The Sociopaths of Silicon Valley, yang akan diterbitkan pada tahun 2015.[9]
Once you understand that Yiannopoulos thinks norms against offensive speech and action are themselves a terrible form of authoritarianism, then the rest of his persona starts to make a lot more sense. He sees himself as a hybrid journalist-activist, leading a movement he calls "cultural libertarianism" to protect "free speech" from the egalitarian bullies.
Last month, Milo Yiannopoulos, the site's tech editor, was banned from Twitter after inspiring a sustained online harassment campaign against the Saturday Night Live actor Leslie Jones.
And I think particularly in the gay world, and outside the Catholic Church – if that's where some of you want to go with this – I think in the gay world some of the most important, enriching and incredibly life-affirming, important shaping relationships very often between younger boys and older men ... They can be hugely positive experiences.