Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.Cari sumber: "Luak Agam" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

Luak Agam merupakan salah satu kawasan konfederasi dari beberapa nagari dalam budaya Alam Minangkabau. Bersama dengan Luak Tanah Datar dan Luak Limo Puluah dikenal dengan nama Luak Nan Tigo.[1]

Kawasan Luak Agam ini pada masa pemerintahan Hindia Belanda dijadikan Onderafdeeling Oud Agam

Wilayah

Menurut Tambo, awal mula didirikannya Luak Agam ialah perpindahan penduduk dari nagari Pariangan yang berlangsung selama empat periode. Periode pertama, melahirkan empat buah nagari, yakni Biaro, Balai Gurah, Lambah dan Panampuang. Kemudian di periode kedua, melahirkan empat buah nagari, yakni Lasi, Canduang, Kurai dan Banuhampu. Periode ketiga, melahirkan 4 buah nagari, yakni Sianok, Koto Gadang, Guguak dan Tabek Sarojo. Dan di periode keempat, melahirkan lima buah nagari, yakni Sariak, Sungai Puar, Batagak dan Batu Palano.

Kemudian lahir pula nagari-nagari lainnya seperti Kapau, Gadut, Salo, Koto Baru, Magek, Tilatang Kamang, Tabek Panjang, Pincuran Puti, Koto Tinggi, Simarasok dan Padang Tarok.

Rantau

Rantau Tiku Pariaman/Piaman Laweh, Rantau Pasaman (Pasaman Barat)

Ujuang Darek Kapalo Rantaunya

Rujukan

  1. ^ Idrus Hakimy Dt Rajo Penghulu, (1994), Rangkaian mustika adat basandi syarak di Minangkabau, Remaja Rosdakarya, ISBN 979-514-362-X.