Artikel ini perlu dikembangkan dari artikel terkait di Wikipedia bahasa Inggris. (Desember 2023) .mw-parser-output .hidden-begin{box-sizing:border-box;width:100%;padding:5px;border:none;font-size:95%}.mw-parser-output .hidden-title{font-weight:bold;line-height:1.6;text-align:left}.mw-parser-output .hidden-content{text-align:left}klik [tampil] untuk melihat petunjuk sebelum menerjemahkan. Lihat versi terjemahan mesin dari artikel bahasa Inggris. Terjemahan mesin Google adalah titik awal yang berguna untuk terjemahan, tapi penerjemah harus merevisi kesalahan yang diperlukan dan meyakinkan bahwa hasil terjemahan tersebut akurat, bukan hanya salin-tempel teks hasil terjemahan mesin ke dalam Wikipedia bahasa Indonesia. Jangan menerjemahkan teks yang berkualitas rendah atau tidak dapat diandalkan. Jika memungkinkan, pastikan kebenaran teks dengan referensi yang diberikan dalam artikel bahasa asing. Setelah menerjemahkan, ((Translated|en|Cellulose acetate film)) harus ditambahkan di halaman pembicaraan untuk memastikan kesesuaian hak cipta. Untuk panduan lebih lanjut, lihat Wikipedia:Terjemahan.

Film selulosa asetat, atau safety film, digunakan dalam fotografi sebagai bahan dasar untuk emulsi fotografi. Film ini diperkenalkan pada awal abad ke-20 oleh produsen film dan dimaksudkan sebagai pengganti film nitrat yang tidak stabil dan sangat mudah terbakar.

Film diasetat selulosa pertama kali digunakan secara komersial untuk film fotografi pada tahun 1909. Film diasetat selulosa propionat dan film diasetat selulosa butirat diperkenalkan pada tahun 1930-an, sementara film diasetat selulosa triasetat diperkenalkan pada akhir tahun 1940-an. Film asetat kemudian digantikan oleh basis poliester.

Industri film terus menggunakan dukungan nitrat selulosa hingga diperkenalkannya selulosa triasetat pada tahun 1948, yang memenuhi standar keamanan dan kinerja ketat yang ditetapkan oleh industri sinematografi.[1] Instabilitas kimia dari bahan film asetat selulosa, yang tidak diakui pada saat diperkenalkan, sejak itu menjadi masalah utama bagi arsip dan koleksi film. Digitalisasi sekarang menjadi cara terbaik untuk menjaga konten film asetat selulosa.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ram, A. Tulsi (1990). "Archival Preservation of Photographic Film-A Perspective". Polymer Degradation and Stability. 29 (1): 4. doi:10.1016/0141-3910(90)90019-4. ISSN 0141-3910. 

Bacaan tambahan

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]