Sebelumnya | PN Angkasa Pura Kemayoran (1962-1965) PN Angkasa Pura (1965-1974) Perum Angkasa Pura (1974-1986) Perum Angkasa Pura I (1986-1992) Angkasa Pura I (1992–2023) |
---|---|
Perseroan terbatas | |
Industri | Aviasi |
Didirikan | 15 November 1962 |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Faik Fahmi[1] (Direktur Utama) Djoko Sasono[2] (Komisaris Utama) |
Produk | Hotel |
Jasa |
|
Pendapatan | Rp 3,206 triliun (2021)[3] |
Rp -3,279 triliun (2021)[3] | |
Total aset | Rp 42,628 triliun (2021)[3] |
Total ekuitas | Rp 10,065 triliun (2021)[3] |
Pemilik | PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) |
Karyawan | 3.231 (2021)[3] |
Anak usaha | PT Angkasa Pura Hotel PT Angkasa Pura Logistik PT Angkasa Pura Properti PT Angkasa Pura Retail PT Angkasa Pura Suport PT Bandara Internasional Batam |
Situs web | www |
PT Angkasa Pura I adalah bagian dari Injourney yang bergerak di bidang pengelolaan bandara. Hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini mengelola 15 bandara yang terutama terletak di Indonesia bagian tengah dan timur.[3][4] Melalui PT Bandara Internasional Batam, perusahaan ini juga mengelola Bandar Udara Internasional Hang Nadim.[5]
Perusahaan ini didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1962 sebagai sebuah perusahaan negara (PN) dengan nama PN Angkasa Pura Kemayoran untuk mengelola Bandara Kemayoran yang saat itu merupakan satu-satunya bandara internasional di Indonesia.[6] Pada tahun 1964, perusahaan ini resmi mengambil alih aset dan operasional Bandara Kemayoran dari Kementerian Perhubungan. Pada tahun 1965, nama perusahaan ini diubah menjadi PN Angkasa Pura sehingga dapat mulai mengelola bandara selain Bandara Kemayoran. Pada tahun 1974, status perusahaan ini diubah menjadi perusahaan umum (Perum).[7] Pada tahun 1980, perusahaan ini mulai mengelola Bandara I Gusti Ngurah Rai.[8] Pada tahun 1984, perusahaan ini juga mulai mengelola Bandara Juanda dan Bandara Polonia.[9] Setahun kemudian, perusahaan ini menghentikan operasional Bandara Kemayoran.[10]
Pada tahun 1986, perusahaan ini diubah namanya menjadi Perum Angkasa Pura I dan ditugaskan untuk mengelola bandar udara yang terletak di Indonesia bagian timur.[11] Pada tahun 1987, perusahaan ini mulai mengelola Bandara Sultan Hasanuddin dan Bandara Sepinggan.[12] Dua tahun kemudian, perusahaan ini juga mulai mengelola Bandara Sam Ratulangi dan Bandara Frans Kaisiepo.[13] Pada tahun 1992, status perusahaan ini diubah menjadi persero.[14] Pada tahun 1992 juga, perusahaan ini mulai mengelola Bandara Adi Soemarmo, Bandara Adisutjipto, dan Bandara Syamsuddin Noor.[15] Pada tahun 1994, pemerintah mengalihkan pengelolaan Bandara Polonia dari perusahaan ini ke Angkasa Pura II.[16] Pada tahun 2000, perusahaan ini mulai mengelola Bandara El Tari.[17]
Pada tahun 2008, Bandara Sultan Hasanuddin diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada bulan Oktober 2011, Bandara Zainuddin Abdul Madjid juga diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada bulan Desember 2011, perusahaan ini meletakkan batu pertama pembangunan Terminal 2 Bandara Juanda. Pada tahun 2012, perusahaan ini mendirikan PT Angkasa Pura Hotel, PT Angkasa Pura Properti, PT Angkasa Pura Logistik, dan PT Angkasa Pura Suport masing-masing untuk berbisnis di bidang pengelolaan hotel, pengembangan properti, logistik, dan manajemen fasilitas.
Pada bulan Januari 2013, perusahaan ini mendirikan SBU Komersial Ngurah Rai dan mengalihkan aset navigasi penerbangannya ke AirNav Indonesia.[18] Pada bulan April 2013, perusahaan ini mengoperasikan kembali Bandara Selaparang untuk sekolah penerbangan. Pada bulan September 2013, perusahaan ini mulai mengoperasikan terminal internasional baru di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Pada bulan Februari 2014, perusahaan ini mulai mengoperasikan Terminal 2 Bandara Juanda. Sebulan kemudian, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan terminal baru di Bandara Sepinggan. Pada bulan Juni 2014, perusahaan ini meletakkan batu pertama pengembangan Bandara Ahmad Yani. Pada bulan September 2014, Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan dan Terminal 2 Bandara Juanda diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada bulan yang sama, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan terminal domestik baru di Bandara I Gusti Ngurah Rai, yang kemudian diresmikan oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan pada bulan Desember 2014.
Pada bulan Mei 2015, Wakil Presiden Jusuf Kalla meletakkan batu pertama pembangunan Bandara Syamsudin Noor. Pada bulan Agustus 2015, perusahaan ini mulai mengoperasikan Terminal B Bandara Adisutjipto. Pada bulan Desember 2015, perusahaan ini mulai mengoperasikan terminal khusus umroh di Bandara Juanda. Pada bulan Januari 2017, Presiden Joko Widodo meletakkan batu pertama pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta. Pada bulan April 2017, Presiden Joko Widodo juga meletakkan batu pertama pembangunan jalur kereta api ke Bandara Adi Soemarmo. Pada bulan Juni 2018, Presiden Joko Widodo meresmikan terminal baru di Bandara Ahmad Yani.
Pada bulan Mei 2019, perusahaan ini mulai mengoperasikan Bandara Internasional Yogyakarta. Pada bulan Desember 2019, Presiden Joko Widodo meresmikan terminal baru di Bandara Syamsuddin Noor. Pada bulan Agustus 2020, Presiden Joko Widodo juga meresmikan Bandara Internasional Yogyakarta.[3][4] Pada bulan Oktober 2021, pemerintah resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Aviasi Pariwisata Indonesia sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang aviasi dan pariwisata.[19] Pada bulan Desember 2021, melalui PT Bandara Internasional Batam, perusahaan ini meneken kerja sama pengelolaan Bandara Hang Nadim.[3][4] Pada tanggal 29 Desember 2023, Angkasa Pura I dan II sebelumnya dipisah berdasarkan wilayah yang dilayani resmi digabungkan menjadi PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports untuk mereformasi industri aviasi beserta pariwisata Indonesia dibawah InJourney.[20]
Hingga akhir tahun 2021, Angkasa Pura I mengelola 16 bandara, 1 diantaranya adalah konsorsium, yakni:[4][5][21]